Ayah.. Maafkan Anakmu di Pemilu Kali Ini

Hari itu hari selasa. Tepatnya tanggal 16 April 2019. Hari ini merupakan 1 hari sebelum hari yang menentukan kehidupan bangsa untuk 5 tahun selanjutnya. Hari bersejarah yang tak lain adalah pemilu. Setelah 5 tahun menanti kembali pertarungan memperebutkan singgasana negara, kini terulang kembali di tahun ini. Tahun ini masih dengan kandidat yang sama yaitu Prabowo dan Jokowi. 5 tahun lalu, tahun 2014 pemilu dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Kalla. Akankah pemilu tahun ini hari yang menentukan nasib bangsa, dimenangkan oleh Jokowi kembali. Memang banyak di luar sana yang mengharapkan Jokowi naik kembali 1 periode. Di lain sisi, banyak juga yang muak dengannya. Akhirnya tagar atau trend #gantipresiden merebak ke mana-mana, menembus seluruh lapisan masyarakat dan kalangan.


Kemarin hari selasa, ayahku berpesan sebelum diriku berangkat kerja. Beliau berpesan agar aku pulang hari rabu untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu. Dalam hati sebenarnya diri ini tak ingin memilih. Namun aku tak ingin melukai perasaan ayahku. Aku pun terdiam sejenak dan mengiyakan. Hari selasa menjadi hari yang paling padat di setiap minggunya. Pagi meeting sampai maghrib, sedangkan ada training malamnya.

Hari selasa yang padat ku jalani dengan terasa begitu cepat rasanya. Cepat sekali hari berganti. Aktifitas yang padat membuatku pulang hingga larut malam. Kebetulan aku mendapatkan kartu pemilih di daerah Bekasi. Sedangkan aku harus ke Bogor terlebih dahulu untuk pulang bersama timku karena tak ada lagi angkutan umum tengah malam. Kalaupun ada akan cukup banyak merogoh kantong lebih dalam. Kalaupun masih ada angkutan umum lainnya, pasti akan sangat mencurigakan. Kemungkinan angkutan jenis itu adalah angkutan berhantu seperti kendaraan yang biasa ku tonton di film-film Suzanna. Hmmm.. horrorr....

Beruntung sekali aku dapat penginapan gratis di Bogor. Keesokaan harinya, pagi hari aku segera bergegas ke Bekasi untuk memanfaatkan hak suara. Jika bukan untik memenuhi keinginanan ayahku, aku takkan mau melakukannya. Jam 10an dari Bogor, dengan kereta commuter line kemudian nyambung busway dan gojek, aku berangkat di Bekasi. Dalam perjalanan ke Bekasi, di busway, ayahku menelepon agar aku ikut nyoblos. Akupun mengiyakan kembali. Hampir 3 jam perjalanan, akhirnya aku tiba di Bekasi. Sebelum berangkat ke TPS, aku harus pulang dulu untuk mengambil kartu pemilih. Sebelum mengambil kartu ini, rupanya ayahku sudah menungguku di depan rumah.

Saat itu waktu hampir jam 1 siang. Aku bertanya pada ayahku. "Pa, TPS tutup jam berapa" ? Siangan, sekarang pun masih buka, kata ayah. Aku pun berkata pada ayah. Pa, aku gak nyoblos gak apa-apa ya? Males juga, jalan kaki lumayan jauh. Kebetulan motor di tempatku gak ada. Walaupun jaraknya ke TPS hanya sekitar 400 m, tapi kok rasanya malas. Ngobrol beberapa saat dengan ayahku, ayahku memintaku kembali agar segera ke TPS. Kamu bebas mau pili siapa saja, yang penting kamu ikut berpartisipasi, kata Ayah.  Tanpa panjang lebar, gak ingin membuat ayahku khawatir, akupun segera bergegas jalan kaki menuju TPS.


Tiba di TPS, aku menanyakan ke petugas TPS apa masih buka. Qadarullah TPS sudah ditutup. Penghitungan suara pun sudah dilakukan. Padahal di TPS-TPS lainnya ku amati, antrian pencoblosan masih terlihat. Tak bisa berbuat banyak, akhirnya aku pasrah. Tahun ini, fix aku tak memberikan suara meski terpaksa berkontribusi. Meski tak memilih, aku yakin ini yang terbaik. Akhirnya aku pulang kembali ke rumah dengan tangan hampa. Jari tangan masih bersih, tanpa tinta. Was-was juga jika ayah mengetahui jariku bersih tanpa tinta di jari. Tiba di depan rumah, ayahku menanyakan apa lancar di sana. Alhamdulillah, lancar aman Pa, jawabku. Ku simpan baik-baik kartu pemilih ini. Ku simpan di dalam tas agar ayahku tak mengetahuinya, Jika bukan karena ayahku, aku takkan memilih tahun ini. Karena ada prinsip yang ku pegang mengapa aku tak ingin memilih.

Pulang menemui ayahku dengan tenang. Berpura-pura seakan-akan sudah nyobolos di TPS yang ku datangi. Dalam hati ada tanya, mengapa ku lakukan ini. Ayah, maafkan anakmu ini. Diri ini tak ingin melukai hatimu. Diri ini juga tak ingin berbohong. Aku hanya ingin menjaga perasaaanmu. Selagi engkau masih ada , tak inginku mengecewakan dan melukai perasaanmu.


Mau terus dapat informasi terbaru dari aku ? Subscribe Blog Ini yahh.. :

0 Response to "Ayah.. Maafkan Anakmu di Pemilu Kali Ini"

Post a Comment