Saya Digaji Ancur-Ancuran Mas

"Gimana kabarnya mas tarans ini gwe ifo*", itulah isi pesan melalui sms yang ku terima malam ini dari seorang sahabatku. Ia kini pulang ke kampung halamannya di Tasikmalaya. Sebelumnya ia bekerja di sebuah toko baju. Ia cukup lama bekerja di toko baju itu. Toko baju tersebut berlokasi di ruko di sebuah perumahan. Kami berkenalan cukup lama. Bersama dia juga, kami bergabung dalam aksi 212. Kami biasa bertemu di hari sabtu atau minggu. Di hari-hari itulah aku libur kerja dan menyempatkan untuk bertemu dengan sahabatku ini.

Ketika tiba di hari minggu, kami bermain futsal bersama. Terkadang kami juga jogging bersama mengelilingi track stadion. Setelah jogging dari sana, barulah kami futsal bersama teman-teman kami dari komplek yang sama tempat kami tinggal.






Ada satu orang sahabatnya lagi yang bekerja bersamanya. Ia juga sahabatku, Em*e namanya. Bersama kedua sahabatku inilah aku biasa main futsal bersama. Sebelum main futsal, aku menghampiri mereka terlebih dahulu. Setelah anggota-anggota kami lengkap, barulah kami berangkat. Kami main futsal sekitar 1 jam. Mereka biasa bermain dengan kocak dan juga semangat. Rasanya kalau main tanpa mereka, terasa ada yang kurang.

Sepulang dari futsal, aku mampir ke ruko tempat mereka bekerja. Dibuka pintu ruko, lalu ia mengambil sapu dan kemudian mulai menyapu lantai ruko itu. Ia mulai menyampaikan rencana kepulangannya ke kampung halamannya. Ia berkata bahwa ia tak akan lama lagi di sini. Lalu ku tanya alasannya.

Ia terdiam sejenak, seakan tak ingin memberi tahu alasannya. Sambil mengayunkan sapu membersihkan lantai, ia mulai menyampaikan isi hatinya. Ku pandang matanya berkaca-baca. Ia pun mulai menjawab, "saya digaji ancur-ancuran mas". Mendengar perkataannya, hatiku terbawa ikut merasakan yang dirasakannya. Aku menunduk, diam dan tak bicara setelah mendengar perkataannya. Beberapa saat kemudian ku tanya dirinya, "aa butuh gaji berapa ?'. 2 juta cukup ? atau 3 juta cukup ? Ia diam, tak menjawab sama sekali. Kami memiliki kesamaan di mana kami bekerja tak mempermasalahkan gaji.

Di malam terakhir sebelum kepulangannya, aku menyempatkan main ke tempatnya. Ia sudah merapikan barang-barang bawaannya untuk dibawa keesokan harinya. Bersama seorang temannya, ia akan berangkat dengan motornya menjelang shubuh. 

Setelah kepulangannya kini semua terasa berbeda. Aku yang dulu setiap libur kerja menyempatkan mampir ke tempatnya, kini tidak lagi. Saat libur kami biasa olahraga bersama, kini cuma aku sendiri. Hingga kini kedua sahabatku ini seringkali menanyakan kabarku. Ia mengajak diriku agar main ke kampungnya di Tasikmalaya. Dalam waktu dekat ini aku akan berkunjung ke Tasikmalaya, kota yang pernah menjadi tempat belajarku selama 7 hari mendalami internet marketing. Sampai pada saat ini aku merasakan ada rasa kehilangan seorang sahabat yang baik seperti dirinya. 




Mau terus dapat informasi terbaru dari aku ? Subscribe Blog Ini yahh.. :

6 Responses to "Saya Digaji Ancur-Ancuran Mas"

  1. Salam buat masnya..smoga dapat rizki yg jauh lebih baik dan berkah :-)

    ReplyDelete
  2. Sedih pasti ...sangat kehilangan sahabat

    ReplyDelete
  3. Iya Mas tran, rasanya sedih klo terpisah jarak sama sahabat.

    ReplyDelete