Hujan deras turun
saat itu. Rupanya hujan deras mengguyur kawasan lainnya hingga radius puluhan
km. Ini terlihat dari perjalananku menuju stasiun Tanjung Barat dengan ojek.
Betapa indahnya tahun ini. Dari sebelum menginjak tahun 2017 hingga memasuki
bulan Ramadhan dan sampai tiba di hari fitri ini, hujan masih memberi kesejukan
bagi kawasan ini. Sempat khawatir apabila turun hujan saat dalam perjalananku
menuju stasiun. Karena hujan inilah udara jalanan yang biasa penuh polusi
berubah menjadi terasa segar.
Diiringi rasa
khawatir menuju stasiun, sekitar 20 menit akhirnya aku tiba di stasiun Tanjung
Barat. Dari stasiun Tanjung Barat, aku masih harus melanjutkan perjalananku
menuju stasiun Pasar Senen. Terlihat beberapa stasiun cukup disesaki oleh para
penumpang. Ku kira situasi stasiun sudah mulai sepi di H+2 idul fitri ini.
Ternyata tidak. Akupun berdiri di dekat pintu dengan memegangi koper dan
bawaanku.
Aku beberapa kali
menanyakan rute ke stasiun Pasar Senen kepada orang di dekatku. Meskipun tahu,
aku tetap bertanya padanya agar tidak tersesat lebih jauh dan menyita cukup
banyak waktu untuk menuju tujuan. Terdengar ada seseorang di sebelahku berkata,
“keretanya lambat jalannya”. Memang benar kata dia. Saat itu kereta berjalan
lebih lambat dari biasanya. Mungkin ini dikarenakan antrean kereta ke luar kota
yang cukup padat. Perlahan-lahan rasa was-awas dan khawatir mulai pudar. Ku
coba untuk mengikhlaskan apabila memang nantinya aku terlambat untuk tiba di
stasiun pemberangkatan.
Teringat akan
perjalananku yang ada kesamaan dengan perjalanan mudik tahun lalu. Hanya saja
bedanya adalah tahun lalu perjaan mudikku jauh lebih menegangkan. Tahun lalu
menjadi tahun yang takkan terlupakan bagiku. Karena terlambat tiba di stasiun
pemberangkatan, tiketku hangus. Kereta telah jauh pergi meninggalkanku. Ku coba
untuk menerima kejadian ini dengan lapang dada. Karena perjalanan mudik tahun
ini tak semenegangkan perjalanan mudik tahun lalu, maka rasa cemas ini tidaklah
terlalu besar. Dari stasiun Manggarai menuju stasiun Jatinegara, kereta
terhenti. “Ayo dong jalan”, kataku dalam hati. Beberapa menit kemudian, kereta
berjalan.
Akhirnya aku tiba
di stasiun pemberangkatan. Aku pun berlari menuju tempat print tiket. Cukup
gegabah memang. Di saat terdesak seperti ini, tiket kereta belum diprint. Tiket
keret yang ku beli dari sebuah situs online, masih berupa kode booking. Dari
kode booking inilah, harus diprint dulu di tempat khusus print tiket di stasiun
pemberangkatan. Lokasi tempat print tiket ada di ujung dari sini. Jalan kaki menuju mesin printer tiket tersendat. Stasiun
benar-benar ramai disesaki oleh para pemudik. Aku pun berjalan dengan begitu
lambat sambil menarik koper di antara para pemudik.
Sebelumnya ku
hafalkan kode booking sehingga saat tiba di tempat print tiket, aku bisa
bergerak dengan lebih cepat. Aku bersyukur tahun ini mesin printer tiket lebih
banyak jumlahnya. Jadi gak perlu mengantri lama. Selesai mencetak tiket dan tiket
boarding pass ku kantongi, aku segera bergegas ke bagian pengecekan tiket. Naik
turun tangga di stasiun ini saja bisa memakan waktu lebih dari 15 menit. Mulai
turun dari commuter line, naik tangga lalu turun lagi dalam keadaan padat
merayap cukup sedikit menguras waktu dan tenaga.
Sebelum memasuki
bagian pengecekan tiket, ada beberapa orang yang menanyakan tujuan dan nama
kereta dalam beberapa langkahku. Setiba di bagian pengecekan tiket, salah
seorang petugas berkata “buruan,5 menit lagi”. “Hah, 5 menit lagi?!! Seorang
polisi menunjukkan jalur cepat saat harus menuruni tangga sebelum masuk ke
kereta pemberangkatan. Lagi-lagi ku angkat koper yang penuh dengan
barang-barang termasuk laptop ini sembari berlari. Hihihi. Mirip seperti tahun
lalu. Selesai melewati tangga, kereta yang akan berangkat telah terlihat. Para
penumpang telah masuk ke dalam kereta. Cuma aku saja yang berjalan mendekati kereta.
Kembali lagi saya bertemu dengan petugas kereta yang membantuku mengarahkan
kursi dan gerbong. Setelah diterangkan, rupanya tempat dudukku cukup jauh di
belakang. Cukup lega sudah dekat dengan kereta, eh pintu kereta telah terkunci.
Aku pun berjalan lagi mencari pintu lainnya. Akhirnya ku temui sebuah pintu
sambungan gerbong yang tidak terkunci. Aku pun masuk dan seketika merasakan
kehangatan.
Akhirnya
lari-lari malam ini bersama koperku tidak sia-sia. Akhirnya aku tiba di kereta
dan dapat tempat duduk tepat waktu. Entah ini tepat waktu apa bukan, kalau
sudah seperti ini kondisinya. Yang pasti aku bahagia dan sangat bersyukur.
Ku
ambil laptop putihku dari koperku yang wajahnya mulai tampak kusam dan
kelelahan, kemudian ku tuliskan kisah perjalanan mudikku tahun ini. Sesekali ku
pandangi keadaan di luar dari kaca. Kebetulan aku memesan kursi yang dekat dengan
kaca jendela. Syukurlah meskipun aku telat, aku masih bisa mendapat posisi
tempat duduk favoritku yaitu dekat kaca jendela. Hendak akan berakhirnya
ceritaku ini, kereta akan tiba di stasiun Pekalongan. Saat ini masih jam 1:45.
Masih sekitar 1 ½ jam lagi untuk tiba di stasiun tujuan yaitu stasiun Tawang
Semarang. Orang di sebelahku ku lihat sedang terlelap. Inilah cerita mudikku
tahun ini. Memang rasanya ada yang kurang bila saat lebaran tiba tapi gak
mudik. Gak mudik itu gak asik. Pada kesempatan merayakan hari raya idul fitri ini, dengan segala kerendahan hati aku mengucapkan mohon maaf lahir dan batin apabila selama ini ada kekhilafan dan kesalahan baik dari tutur kata, tulisan maupun sikap yang tidak berkenan di hati.
Wihh pulkam. Enaknyaa~
ReplyDeletemakanya punya kampung dong.. hehe
DeleteWow, menegangkan...
ReplyDeletetegang dan melelahkan K Wid..
Delete