Tantangan Menjadi Pemuda Hijrah

Masa-masa telah dilalui. Pelajaran demi pelajaran dari lembaran kehidupan telah diterima. Apapun pelajaran itu, baik yang baik, tidak baik, berbagai ilmu mulai dari yang berguna dan tidak berguna semuanya menyesakkan isi kepala. Mulai dari bangku sekolah dasar hingga tingkat atas kita mendapatkan ilmu yang diberikan oleh sang guru. Namun apakah semunya berguna ? Kalaupun berguna, apa hanya untuk di dunia saja ? Semakin dewasa, semakin ku menyadari bahwa tak semua ilmu itu berguna. Apalagi ilmu yang kita miliki nantinya akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti.



Atas dasar itulah, mulai saat ini aku lebih selektif dalam menuntut sebuah ilmu. Tak cukup sebuah ilmu jika hanya dipelajari saja. Masih ada yang harus dilakukan setelahnya yaitu diamalkan. Pengamalan sebuah ilmu juga bukanlah hal yang mudah. Terlebih ilmu yang bernilai kebenaran. Bukan hal yang mudah untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain tanpa didasari niat dan tekad yang kuat.

Berjalan lurus di jalan yang benar ibarat berjalan di kerikil tajam tanpa mengenakan alas kaki. Mengapa bisa demikian ? Kalaupun berjalan seenaknya tanpa tujuan dan tanpa pegangan, siapapun bisa menjalaninya. Sebaliknya apabila berjalan dan bertindak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, tak semuanya bisa menjalaninya. Selalu ada hambatan, tak semulus yang dibayangkan. Hambatan itu ternyata paling besar berasal dari dalam diri sendiri. Hijrah mengubah kebiasaan dari yang tidak baik menjadi baik rupanya butuh daya yang lebih ekstra. 

Awalnya memang begitu berat. Namun lama kelamaan, akan terasa lebih ringan saat langkah pertama telah dilakukan. Ini sama halnya dengan prinsip momentum. Setiap pergerakan ataupun perubahan, membutuhkan langkah pertama. Setelah langkah pertama telah dilakukan, maka langkah-langkah selanjutnya akan menjadi lebih ringan dan makin cepat. Betul-betul berat beranjak dari titik tolak hijrah. Meskipun demikian, dalam hati ini aku merasa lebih baik. Hidup terasa menjadi lebih berarti. Lebih baik begini dibandingkan sebelumnya. Pada awalnya ada rasa enggan, malu dan sebagainya. Namun kini tidak lagi. 

Di fase transisi berawal dari titik hijrah, aku hanya ingin menjadi lebih baik. Yang ku harap tak lain hanyalah ingin mendapat kebaikan dari-Nya. Semoga dengan hijrahnya diriku, hidupku menjadi lebih bernilai, makin berkah dan aktifitas-aktifitas yang dijalani menjadi nilai amal kebaikan. Entah sudah dikatakan hijrah atau bukan, namun di dalam hati ini ingin sekali konsisten dan istiqomah untuk terus menjadi lebih baik. Ternyata begini rasanya beratnya menjadi pemuda hijrah. Ada tantangan-tantangan yang harus dilalui oleh pemuda hijrah. Jika harus memilih kondisi mana yang harus ku pilih sebelum hijrah atau setelah hijrah, aku memilih beranjak dari titik hijrah dan menjalani masa-masa transisi hijrah hingga ke titik hijrah yang sebenarnya.


Mau terus dapat informasi terbaru dari aku ? Subscribe Blog Ini yahh.. :

2 Responses to "Tantangan Menjadi Pemuda Hijrah"