Beberapa bulan lalu, aku biasa menemani konsumen yang akan suvey lokasi perumahan. Aku bekerja di bidang properti, namun ketika ditanya apa pekerjaanku aku lebih suka menjawab kerja di perumahan. Ketika ada konsumen yang hendak survey, aku biasanya janjian di sebuah titik point yang mudah dijangkau oleh mereka. Titik pertemuan ini juga tak terlalu jauh dengan lokasi survey. Jaraknya sekitar 5-6 km. Jarak sejauh ini ke lokasi bisa memakan waktu setidaknya 20 menit.
Berangkat dari kantor ke lokasi pertemuan lagi-lagi ku tempuh dengan terburu-buru. Aku tak ingin datang terlambat dan membuat konsumen menunggu. Cukup jauh sehingga harus berangkat dengan cepat. Dari seringnya berangkat dengan terburu-buru seperti ini tak menjadikan hati tenang. Justru malah sebaliknya, hati tidak tenang, pikiran gusar dan beresiko. Beresiko karena membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Terburu-buru juga bukanlah jaminan bisa cepat sampai dan masalah bisa tuntas. Dengan buru-buru apa proyek bisa selesai ? Belum tentu.
Belajar dari pengalaman-pengalamanku sebelumnya, maka aku tak ingin mengulangi kesalahan itu lagi. Kini aku lebih menikmati perjalananku. Meskipun nanti terlambat, tak masalah. Perjalananku waktu itu ke Bogor untuk meeting juga ku jalani dengan hati yang tenang tanpa ada buru-buru sedikitpun. Melalui jalan Parung Ciputat yang panas, aku mencoba untuk lebih santai dan lebih hati-hati. Sekitar 1 jam jalannan Parung yang panjang telah ku lalui. Akhirnya jalanan ini sudah berujung dan saatnya melewati jalan ke Bogor melewati jalan Atang Senjaya.
Melewati jalanan ini ada kejadian unik saat itu. Ketika lewat jalan Atang Senjaya ini, ada seorang wanita dewasa di belakangku. Kami start dari sebuah perempatan masuk ke arah jalan Bogor. Saat itu lampu merah, kami menunggu sampai lampu hijau menyala. Setelah lampu hijau menyala, barulah kami jalan. Aku jalan duluan, wanita itu pun mengikutiku ke arah yang sama. Baru sampai di sebuah sekolah, perjalananku terhenti. Di depan sekolah, begitu ramai. Banyak kendaraan dan anak sekolah di depannya. Aku menghentikan motorku dengan perlahan-lahan. Sesaat kemudian, terasa "jeduk".
Tubrukan yang cukup keras begitu terasa. Ada yang menabrakku dari arah belakang.
Lalu ku menoleh ke belakang. Rupanya ada sorang wanita di belakangku menabrak motorku dari belakang. Wanita yang menyeruduk motorku dari belakang ini hanya menunduk saja tanpa bicara apapun. Aku menyadari bahwa kejadian ini sudah jadi konsekuensi di jalan. Aku pun memaafkannya tanpa minta ganti rugi. Memang tidak ada kerusakan yang berarti pada motorku. Aku pun melanjutkan perjalananku. Beberapa saat kemudian, wanita itu menyusulku dengan lebih kencang. Entah merasa bersalah atau tidak, wanita pun pergi begitu saja. Sampai saat ini aku masih ingat bagaimana ekspresi wajah emak-emak ini yang menyeruduk motorku dari arah belakang. Diseruduk emak-emak, senyumin aja. Masih selamat seperti ini aku sudah sangat bersyukur. Daripada diseruduk truk, kan masih mending diseruduk emak-emak. Hehehe... Sampai hari ini, lucu aja kalau diingat-ingat kejadian ini apalagi mengingat ekspresi emak-emak yang menyerudukku.
Untung motornya aja yang disruduk wkwkwk
ReplyDeleteYang tampannya asli mah emang beda; sampai hati 😁
ReplyDelete