Bukanlah Pecandu Kopi

Ku nyalakan komputer, kemudian ku letakkan jemariku di atas keyboard, baru ku tersadar ternyata di hadapanku ada secangkir kopi dari sisa semalam. Memang secangkir kopi tak biasa ku habiskan di saat itu juga. Secangkir kopi terkadang ku habiskan dalam waktu yang cukup lama. Bisa dalam 4 jam atau 6 jam bahkan sampai seharian. Secangkir kopi bagiku hanya untuk menemaniku saat bekerja di depan monitor. Tak jarang juga aku lupa untuk menghabiskan kopiku.

Saat monitor menyala memantulkan cahayanya barulah terlihat ada semut-semut yang mendatangi cangkir kopiku. Seringkali semut-semut kecil hinggap dan mengambang di dalam secangkir kopiku. Ada rasa tak tega saat ku saksikan sendiri banyaknya semut yang mati karena kopiku. Tak ingin menambah lebih banyak lagi korban maka sejak saat itu aku mulai meletakkan piring kecil yang diisi sedikit air untuk mencegah semut-semut kecil menghinggapi kopiku.

Terkadang ada rasa bersalah ketika harus menyeka banyaknya semut yang berlalu lalang di atas meja. Saat itu timbul kebingungan bagaimana menyingkirkan semut-semut ini. Saat akan ku akhiri tulisan ini, beberapa semut mulai berdatangan. Semakin lama semakin banyak. Ternyata aku belum meletakkan secangkir kopiku di atas sebuah piring kecil yang digenangi air.

Memang kopi itu nikmat. Kopi juga teman yang asik. Namun aku bukanlah pecandu kopi. Aku hanya membutuhkan kopi saat bekerja saja dan mulai beraktifitas bersama komputer. Saat ngopi aku selalu berharap agar tak ada satupun semut yang mengapung di dalam cangkir kopiku. Wahai para semut, kembalilah ke asalmu. Aku tak ingin menyakitimu.