Tak terasa hari ini sudah hari jumat. Rasanya baru
kemarin hari senin, tiba di kota yang begitu terasa penat, kota Jakarta. Keesokan
harinya hari Sabtu. Di hari Sabtu ini merupakan hari yang indah bagiku. Di hari
itu aku biasa menikmati segarnya udara pagi. Keluar pagi-pagi mengencangkan
tali sepatu dan mulai mengitari tempat sekitar.
Mengerjakan aktifitas rutin di hari ini memang rasanya beda
dibandingkan hari lain. Ini dikarenakan sebelum jam 12 siang, aku sudah harus
bergegas menuju ke mesji untuk menunaikan ibadah sholat jumat. Beberapa jam
setelah mulai mengerjakan tugas, ternyata sudah jam 11 siang. Lalu segera
mematikan komputer, langsung aku siap-siap ke mesjid. Namun sayangnya di
tempatku motor saat itu sedang dipakai. Jadi aku harus menggunakan kendaraan
lain sebagai alternatifnya.
Alternatifnya menuju ke sana yang terpikir hanya 2 yaitu
angkot atau gojek. Kalau kereta rasanya gak mungkin apalagi naik pesawat. Lah
wong cuma ke mesjid aja kok. Masa naik kereta apalagi pesawat. Ditambah saat
itu sudah hampir setengah 12 siang. Akhirnya aku memutuskan untuk memilih gojek. Aku pesan gojek
di menu go-ride, ku ketikkan asal dan tujuan lalu tertera jarak dari tempatku
ke mesjid sekitar 1 km. Harganya pun sangat murah.
Rasanya kaget juga melihat
tarifnya. Ini bener gak ya, pikirku. Ku cek lagi, ku bolak-balik lagi setiap
kata-kata yang ku ketikkan. Memang benar. Aku rasa gak ada yang salah. Lalu ku
lanjutkan ordernya. Beberapa menit kemudian ada telepon masuk dari kurir
gojeknya.
Ia menanyakan lokasiku saat itu. Dari percakapan kami, kemudian
diketahui sang sopir gojek lokasinya
berdekatan namun di seberang jalan. Waduh kacau ini. Sang sopir minta menunggu
di tempat, lalu ku iyakan. Memang lokasi kami berdekatan namun karena ia berada
di seberang jalan, maka untuk ke tempatku ia hrus mutar jalan dulu. Jalannya
cukup jauh yang harus ia tempuh.
Cukup lama menunggu, akhirnya sang sopir gojek muncul juga. Aku
naik dan meminta diantar ke mesjid. Saat diboncenginya ada keinginan untuk
menyetir motor yang ku kendarai. Karena di saat aku harus ke mesjid tepat
waktu, namun sang sopir gojek mengendarai motornya dengan pelan-pelan. Ya
sudahlah, aku nikmati saja pelan-pelan.
Ada pikiran saat itu kenapa tarif gojek semurah itu ya.
Makin lama kok makin murah. Apa ini bagian dari trik marketingnya ? Padahal telah
beredar kabar para petinggi gojek mulai mengundurkan diri. Salah satunya adalah
seorang vice president gojek yang merupakan seorang programmer. Ia dinyatakan
telah keluar dari bagian gojek.
Entahlah, ada apa dengan gojek dan kenapa tarifnya bisa
semurah ini. Bener lho tarifnya segini. Tarifnya memang kelewatan,
kalo masih ada yg ngasih pas-pasan bener2 kebangetan. Siapa aja bisa berpeluang ngasih pas-pasan. Emangnya cuma emak-emak yang suka ngasih pas-pasan.
Kenapa sih nggak nyoba naik pesawat aja?
ReplyDeleteBisa nglucu juga mas tran
heheh,, mba Wid ditunggu juga cerita lucunya...
DeleteEh.. gratiskah itu?
ReplyDeletetarifnya cuma 4 ribu mba.. ^_^
Deletehahaha..kelewatan berarti dilewati..
ReplyDeletenama lainnya kelancor mba Lisa.. hehee
Delete