Malam ini hujan turun lagi. Sama seperti hujan yang turun dengan begitu derasnya tadi
siang setelah sempat terhenti sesaat. Di saat matahari sedang terik-teriknya
tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Aku yang sedang mengetik berhenti sejenak
dan keluar untuk memastikan suara apa itu. Ternyata itu adalah suara hujan.
Timbul perasaan yang gembira saat hujan turun. Hujan
menghiburku saat berhari-hari terganggu dengan adanya kegaduhan dari sebuah
kendaraan alat berat. Bukan hanya diriku saja yang terganggu. Keseimbangan alam dan kehidupan binatang di sana pun juga terganggu dan terancam hidupnya. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan “wedhus”. Saat
berbicara dengan seorang kakaku, aku pun juga biasa membicarakan wedhus itu.
Kakakku karena sudah terbiasa bicara denganku, maka kakakku sudah mengerti apa yang ku maksud dengan wedhus. Jujur saja saat bekerja aku merasa terganggu dan sulit berkonsentrasi akibat aktifitas wedhus-wedhus itu.
Aktifitas mereka menjadi pemandangan yang tak mengenakkan. Keadaan berubah semenjak hadirnya para wedhus di tanah ini. Setiap kali ku memandang hijaunya rerumputan seketika ku rasakan kesejukan yang
begitu terasa. Namun semenjak ada wedhus, kini kesejukan itu hilang dan segera
hilang selama-lamanya.
Di saat tak lagi ku rasakan kesejukan, rintik-rintik hujan
memberi kesejukan menggantikan kesejukan rerumputan. Dalam hati ini memang
harus ku akui aku lebih memilih hujan daripada harus menyaksikan pemandangan
yang tak mengenakkan karena aktifitas para wedhus ini.
Hingga detik ku menulis saat ini, rintik-rintik hujan masih
terdengar begitu merdunya. Lebih baik ku mendengar rintik-rintik hujan seperti
ini daripada ku mendengar kegaduhan para wedhus itu. Tiap hari dan tiap saat ku
sempat, aku selalu ingin tahu perkembangan kondisi alam di sekitar sini. Dalam
waktu dekat ini tentu saja kesejukan di sekitar sini tak akan bisa lagi ku
rasakan seperti kesejukan yang ku rasakan sebelumnya.
0 Response to "Pemandangan yang Tak Mengenakkan"
Post a Comment